Jumat, 03 Maret 2017

Penjelasan Tentang Elasticity dan Scability Pada Cloud Computing

      Ok... What's Up Dude, Pada Postingan kali ini saya akan membahas tentang apa itu Scalability dan Elasticity pada Cloud Computing...
3...
2.....
1.......
Ini dia......

Image Source : https://image.slidesharecdn.com/cloudcomputingfinal-121001035222-phpapp02/95/cloud-computing-challenges-opportunities-5-728.jpg?cb=1349063742

      Scalability dan Elasticity sering digunakan secara bergantian. Keduanya merujuk adaptasi lingkungan ini - untuk dapat memperluas dan kontrak sesuai yang diperlukan. Sebagai beban kerja volume meningkat ini membutuhkan mengalokasikan dan menambahkan sumber daya, dan memisahkan atau realokasi sumber daya karena permintaan turun.

      Cloud computing juga dirasakan dalam berbagai cara, tetapi umumnya terdiri dari self-service, sumber daya penyatuan dan pengiriman sumber daya komputasi on-demand, yang membutuhkan baik skalabilitas dan elastisitas.


Image Source : https://i2.wp.com/itnerd.space/wp-content/uploads/2016/11/elasticity.jpg?resize=670%2C300


I. Elasticity
      Elasticity (Elastisitas) dalam infrastruktur cloud computing melibatkan memungkinkannya hypervisor untuk membuat mesin virtual atau kontainer dengan sumber daya untuk memenuhi permintaan real-time. Skalabilitas sering dibahas pada lapisan aplikasi, menyoroti kemampuan sistem, jaringan atau proses untuk menangani pertumbuhan jumlah pekerjaan, atau potensinya untuk diperbesar untuk mengakomodasi pertumbuhan itu.


Image Source : http://www.velocityvoip.com/images/2014/velocity-explains-voip-scalability-small-medium-size-business.jpg

II. Scalability
      Scalability (skalabilitas) dapat mengandalkan elastisitas, yang berfokus di penyediaan.Ada dua jenis skalabilitas:

      A. Scale vertikal atau Scale-Up

      Jenis skalabilitas dapat bekerja dengan aplikasi apapun sampai tingkat yang terbatas. Dalam lingkungan elastis, scaling up akan dicapai dengan memindahkan aplikasi ke mesin virtual yang lebih besar atau dengan mengubah ukuran VM. 
      B. Scale horizontal atau Skala-Out
      Dengan penyediaan lebih banyak contoh dari tingkatan aplikasi pada mesin virtual tambahan dan kemudian membagi beban di antara mereka. Skala horisontal mirip dengan elastisitas yang memungkinkan pembagian kembali sumber daya antara aplikasi dengan penyediaan, atau dengan mengklaim kembali mesin virtual. Skala horisontal menggunakan elastisitas infrastruktur, tetapi aplikasi harus dapat memperluas dengan menambahkan lebih banyak node dan dengan mendistribusikan beban.
      Jadi unntuk aplikasi dengan penggunaan yang tidak rata, atau paku selama periode, setelah dibangun elastisitas dan skalabilitas sangat penting. Aplikasi harus dirancang untuk mendeteksi variasi dalam permintaan real-time untuk sumber daya, seperti bandwidth, penyimpanan dan daya komputasi. Namun, sebagian besar aplikasi warisan telah dikembangkan untuk dijalankan pada mesin tunggal dan memerlukan pengodean ulang untuk beradaptasi untuk kedua skalabilitas dan elastisitas yang awan menyediakan.
      Pertanyaan untuk unit bisnis dan TI kemudian menjadi tempat untuk menjadi tuan rumah aplikasi - di atas awan pribadi atau umum. permintaan beban kerja merupakan salah satu pertimbangan, selain sensitivitas data, biaya dan lain-lain. Umumnya, beban kerja sporadis lebih baik dari awan publik. Beban kerja dengan penggunaan stabil sering mendapat manfaat dari yang di-host di awan swasta, baik dari biaya dan perspektif kinerja.


      Yoww, mungkin itu saja yang bisa saya bahas. Kurang lebihnya saya minta maaf.
      Akhir kata saya undur diri... jangan lupa kelanjutannya Dude, See You In Next Post wkwkwkwkw

Article Source : http://www.stratoscale.com/blog/cloud/difference-between-elasticity-and-scalability-in-cloud-computing/

Jumat, 24 Februari 2017

NIST (National Institute of Standards and Technology)

Tulisan saya sebelumnya, seringkali berbicara tentang cloud computing. Apa itu cloud computing ? Saya coba jelaskan dengan gambar diatas.
Dari gambar diatas diperlihatkan perbedaaan penggunaan sistem komputer konvensional dan cloud computing (komputasi awan).
Untuk komputer konvesional yang biasanya kita gunakan, kita harus membeli dari mulai hardware dan software, yang otomatis itu menjadi hak milik kita. Setelah tersedia hadware dan software, kita tidak bisa langsung menggunakannya, tapi harus dilakukan instal hardware dan software, mensetting konfigurasi, cek hasil intalasi dan apabila sudah dilakukan install, kita akhirnya bisa menggunakannhya. Untuk semua proses itu kita harus mengeluarkan uang yang relatif banyak. Semuanya ditanggung oleh user.
Sedangkan untuk dapat menggunakan fasilitas cloud computing, kita hanya cukup subscribe (mendaftar), dan langsung bisa menggunakan, dan kita hanya membayar sesuai dengan yang kita pakai (pay for what you use). Itu sama halnya seperti kita berlangganan PLN, kita tidak harus memiliki instalasi listrik sendiri, tapi cukup berlangganan dan membayar sesuai pemakaian. User dibebaskan dari pemeliharaan rutin, penyediaan hardware dan aktifitas rutin teknologi IT di sebuah perusahaan. User bisa mempercayakan perawatan, pemeliharaan, keamanan kepada provider Komputasi Awan.
Menurut definisi dari National Institute of Standards and Technology (NIST), cloud computing adalah model yang memungkinkan penggunaan bersama suatu resource (network, server, storage, aplikasi, layanan, dan sebagainya) secara mudah, dapat dilakukan dimana saja, dan on demand. Layanannya secara cepat disediakan dan dilepas dengan meminimalisir usaha untuk manajemennya maupun interaksi dengan penyedia layanan.


sumber : https://dinaros.wordpress.com/tag/national-institute-of-standards-and-technology/

study kasus
 penyimpanan data

non-cloud kita hanya bisa memakai email atau sharing dari harddisk

cloud kita dapat menggunakan aplikasi google drive, dropbox dan lain2

Kamis, 16 Februari 2017

Pengertian SaaS, PaaS dan IaaS dalam Cloud Computing

Baiklah, sesuai janji kali ini saya akan membahas tentang tiga layanan yang terdapat pada Cloud Computing, yaitu SaaS, PaaS dan IaaS.
Pertama, Software as a Service (SaaS). SaaS adalah model dimana aplikasi “ditawarkan” kepada klien sebagai sebuah layanan. Jika sebuah aplikasi/software disajikan kepada klien, klien tidak perlu merawat dan melakukan update pada aplikasi tersebut. Tapi sebaliknya, jika provider hendak mengganti atau melakukan update pada aplikasi tersebut, kita hanya bisa mengikuti mereka saja tanpa bisa melakukan apa-apa. Inti pemikirannya adalah kita menggunakan software yang ada pada layanan provider dan provider harus menjaga kenyamanan kita menggunakan software tersebut, termasuk memikirkan tentang update, keamanan dan infrastrukturnya.
Software as a Service
Yang sering memerlukan perhitungan mendalam disini adalah masalah harga. Ada 2 tipe billing yang terdapat pada layanan ini. Pertama, yaitu kita membayar setiap menggunakan aplikasi tersebut dan kedua, kita membayar sedikit di awal dan untuk seterusnya, kita akan membayar hanya sesuai pemakaian kita terhadap aplikasi tersebut. Pilihan yang pertama, tentu saja merugikan kita sebagai klien. Pilihan kedua akan ‘sedikit’ merugikan provider (tentunya setiap provider menginginkan laba yang besar, kan?).
Ada beberapa tipe software yang ditawarkan pada SaaS, yaitu :
  1. Manajemen resources bagi pelanggan
  2. Video Conferencing
  3. Manajemen Layanan IT
  4. Akunting
  5. Analisa Web
  6. Manajemen web content
Rata-rata aplikasi yang ditawarkan pada SaaS adalah aplikasi yang tidak memerlukan banyak interaksi dengan antarmuka lain serta memiliki kegunaan yang simpel. Tentu saja karena aplikasi-aplikasi ini akan dipakai oleh ratusan bahkan ribuan lebih user!
Berbeda dengan grid computing (akan dijelaskan di postingan lainnya) atau sistem terdistribusi lainnya, aplikasi-aplikasi yang ditawarkan pada SaaS biasanya web-native yang artinya diakses melalui web browser. Aplikasi tersebut juga harus multitenant yaitu memperbolehkan banyak user mengakses sekaligus.
Sejauh ini SaaS terlihat bagus? Yah, itu tergantung dari kebutuhan kita. Sekali lagi saya tegaskan bahwa SaaS hanya cocok untuk aplikasi yang simpel! Jika sebuah perusahaan membutuhkan sebuah proses komputasi yang spesifik, mungkin perusahaan tersebut tidak akan menemukan apa yang mereka cari di SaaS. Lalu terdapat ‘ketergantungan’ terhadap provider tertentu. Jika kita ingin memindahkan data-data kita dari satu provider ke provider lainnya, ada dua kemungkinan. Pertama, tidak bisa (terjadi jika kedua provider tidak menjalin kerjasama) atau membutuhkan biaya mahal (jika kedua provider bekerjasama – tentu saja mereka, kan, ingin untung!)
Musuh utama dari SaaS adalah aplikasi-aplikasi open source. Tentu saja, alasan orang menggunakan SaaS salah satunya adalah karena biaya supporting dan updating aplikasi tersebut ditanggung oleh provider. Jika ada yang open source, maka mereka akan menginstalasi aplikasi tersebut di mesin lokal dan berarti tidak membutuhkan SaaS!
Tipe layanan berikutnya adalah Platform as a Service (PaaS). Mirip dengan SaaS, PaaS juga menawarkan layanan aplikasi, hanya saja PaaS juga menawarkan platform yang kita butuhkan untuk membuat aplikasi-aplikasi. PaaS juga sering disebut cloudware, dikarenakan kita mengakses platform tersebut via cloud computing.
 Platform as a Service 

Layanan utama PaaS biasanya berupa desain aplikasi, development, proses testing dan deployment serta hosting. Layanan tambahan bisa berupa kolaborasi tim (memperbolehkan kita untuk membentuk tim pengembang aplikasi dengan orang-orang yang berada jauh dari kita), integrasi layanan web, integrasi database, storage dan pemberian versi aplikasi.
PaaS juga mendukung interface untuk pengembangan web seperti Simple Object Acccess Protocol (SOAP) dan Representational State Transfer (REST). Kedua servis tersebut mendukung konstruksi beberapa layanan web sekaligus (mashups).
Sistem PaaS terbagi 3 :
  1. Fasilitas Pengembangan Add-On. Sistem ini akan menawarkan beberapa aplikasi PaaS yang bisa dikostumisasi oleh user.
  2. Stand Alone Environments. Untuk penggunaan software developing biasa.
  3. Application Delivery-Only Environments. Juga mendukung layanan hosting, seperti keamanan dan skalabilitas. Tidak termasuk development dan debugging.
Seperti SaaS, PaaS juga menganut sistem lock-in dimana kita harus membayar mahal jika ingin berganti provider.
Banyak pengembang aplikasi dan programmer menggunakan fasilitas PaaS, dikarenakan :
  1. Memungkinkan pengembang-pengembang software atau programmer yang berada di tempat berjauhan untuk saling bekerjasama dalam suatu platform.
  2. Tidak perlu membuat infrastruktur sendiri untuk mengembangkan sebuah aplikasi spesifik.
Yang terakhir adalah Infrastructure as a Service (IaaS) atau Hardware as a Service (HaaS). Dari namanya saja kita bisa membayangkan, bukan? Layanan ini menawarkan infrastruktur dan hardware pada kita.
Hardware as a Service atau Infrastructure as a Service
Mungkin anda bingung, apa yang bisa ditawarkan oleh IaaS? Bisa storage, processing power, memori dan peralatan networking! Infrastruktur ini juga bisa ditambah (tergantung ‘paket sewa’ dan bayaran tentunya) sesuai kebutuhan kita. Bagian-bagian dari IaaS atau HaaS adalah :
  1. Perjanjian Layanan yang merupakan awal dari persetujuan klien dan provider.
  2. Hardware komputer
  3. Networking
  4. Koneksi Internet
  5. Virtualisasi Platform
  6. Billing.
Nah, jadi keputusan tetap di tangan anda (atau atasan anda), apakah ingin menggunakan cloud computing atau bertahan dengan mesin lokal. Gunakanlah perhitungan matang sebelum memutuskan akan menggunakan ketiga layanan ini atau tidak.

Untuk sekarang, Auf Wiedersehen und hoffen Sie einige gute Studien haben, meine Freund!!!

sumber : https://zweimesserschmitt.wordpress.com/2012/02/24/pengertian-saas-paas-dan-iaas/